
MNCDUIT.COM JAKARTA. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) baru-baru ini mengumumkan adanya penyusutan drastis dalam daftar antrean penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO). Dari belasan perusahaan yang sebelumnya menyatakan minat, kini hanya tersisa empat perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI.
Berdasarkan data pipeline per 20 Juni 2025, tercatat ada 14 perusahaan yang mulanya berada dalam daftar antrean pencatatan saham di BEI. Namun, sebanyak 10 perusahaan di antaranya telah ‘gugur’ atau membatalkan niatnya, sehingga hanya menyisakan empat calon emiten yang siap melantai.
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia, I Gede Nyoman Yetna, menjelaskan bahwa fenomena ini disebabkan oleh beberapa faktor utama. Salah satunya adalah kebutuhan banyak perusahaan untuk melakukan pembaruan data laporan keuangan mereka yang akan dijadikan acuan. Ini menjadi krusial mengingat batas penggunaan laporan keuangan per Desember 2024 akan berakhir pada Juni 2025, enam bulan setelah periode laporan tersebut.
Nyoman menambahkan bahwa saat ini, mayoritas perusahaan sedang mempersiapkan laporan keuangan penutupan periode Juni 2025. Berdasarkan data historis dua tahun terakhir, ia menyebutkan bahwa ada tren di mana lebih banyak perusahaan yang memilih menggunakan laporan keuangan per Juni sebagai dasar pengajuan IPO mereka. “Data yang ada, dalam dua tahun terakhir sekitar 45–47 perusahaan melaporkan dokumen dengan menggunakan laporan keuangan Juni 2025,” jelas Nyoman saat ditemui di kantornya pada Selasa (8/7).
Kemungkinan penyebab kedua adalah keputusan manajemen perusahaan untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan dokumen yang disetorkan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang tentunya membutuhkan waktu tambahan. Sementara itu, Nyoman juga tidak menampik kemungkinan ketiga, yaitu dokumen pengajuan perusahaan memang ditolak oleh pihak Bursa.
Informasi mengenai penyusutan pipeline BEI ini juga melengkapi data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang sebelumnya mencatat enam perusahaan lain dalam antrean untuk melakukan IPO, dengan potensi nilai keseluruhan mencapai Rp 5,95 triliun.
Di tengah dinamika pipeline, pasar modal Indonesia tetap menunjukkan aktivitas yang bergairah dengan adanya pencatatan saham baru. Pada Selasa (8/7) lalu, dua perusahaan sukses melantai di Bursa Efek Indonesia. Mereka adalah PT Pancaran Samudera Transport Tbk (PSAT) yang berhasil meraup dana segar sebesar Rp 200,1 miliar melalui penawaran 222,35 juta saham dengan harga Rp 900 per lembar. Sementara itu, PT Asia Pramulia Tbk (ASPR) memperoleh Rp 100,69 miliar dari hasil penjualan 812 juta saham di harga Rp 124.
Kemudian, pada Rabu (9/7), dua perusahaan lain ikut meramaikan lantai bursa, yaitu PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) dan PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN). Ke depan, setidaknya ada empat perusahaan lain yang dijadwalkan akan melantai di BEI pada Kamis (10/7), menunjukkan optimisme pasar meskipun ada fluktuasi dalam pipeline IPO.
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan penyusutan drastis dalam daftar antrean IPO, kini hanya tersisa empat perusahaan dari 14 pada 20 Juni 2025. Direktur Penilaian Perusahaan BEI menjelaskan bahwa hal ini disebabkan kebutuhan perusahaan untuk memperbarui data laporan keuangan yang akan segera kadaluarsa. Faktor lain meliputi perbaikan dokumen pengajuan ke OJK atau kemungkinan penolakan oleh Bursa.
Meskipun terjadi penyusutan pipeline, aktivitas IPO di pasar modal Indonesia tetap menunjukkan kegairahan. Pada 8 Juli, dua perusahaan telah sukses melantai di BEI, yaitu PT Pancaran Samudera Transport Tbk (PSAT) dan PT Asia Pramulia Tbk (ASPR). Selanjutnya, pada 9 Juli, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) dan PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) juga tercatat, dengan empat perusahaan lain dijadwalkan akan melantai pada 10 Juli.