Rupiah Menguat? Dolar AS Tertekan, Cek Prediksi Kurs Awal Pekan!

MNCDUIT.COM JAKARTA. Kurs rupiah menunjukkan performa yang mengesankan, mengalami penguatan signifikan seiring dengan pelemahan dolar Amerika Serikat (AS).

Pada penutupan perdagangan Kamis (26/6), rupiah spot kokoh di level Rp 16.209 per dolar AS, mencatatkan penguatan 0,56%. Capaian ini melengkapi kenaikan 1,14% sepanjang pekan. Tak kalah kuat, rupiah Jisdor juga menguat 0,36% ke posisi Rp 16.233 per dolar dari hari sebelumnya, menorehkan apresiasi 1,01% dalam sepekan terakhir.

Analis dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, menjelaskan bahwa momentum penguatan rupiah didukung kuat oleh sentimen ‘risk-on’ di pasar. Harapan akan terciptanya perdamaian di Timur Tengah menjadi pemicu utama sentimen ini, yang pada gilirannya menekan kinerja dolar AS.

Lebih lanjut, dolar AS juga kembali di bawah tekanan setelah pernyataan Donald Trump yang mengisyaratkan pengumuman kandidat pengganti Jerome Powell dalam waktu dekat, dengan tujuan agar suku bunga dapat segera diturunkan. Pernyataan ini disampaikan Lukman kepada Kontan.co.id pada Kamis (26/6).

Tekanan terhadap dolar AS ini semakin nyata terlihat dari pergerakan indeks dolar. Berdasarkan data Trading Economics, indeks dolar tercatat di 97,36 pada Kamis (26/6) pukul 19.00 WIB. Angka ini merefleksikan koreksi 0,33% dalam 24 jam terakhir dan penurunan signifikan 1,56% dalam sepekan.

Prospek penguatan rupiah diperkirakan masih akan berlanjut pada pekan depan, mengingat tekanan terhadap dolar AS belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Namun, Lukman mengingatkan adanya potensi dolar AS untuk bangkit kembali. Hal ini bisa terjadi jika data penting AS yang akan dirilis dalam dua hari ke depan, yaitu Produk Domestik Bruto (PDB AS) dan inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE AS), menunjukkan hasil yang lebih kuat dari perkiraan pasar.

Lukman memerinci, konsensus pasar memproyeksikan inflasi inti PCE AS akan naik tipis 0,1%. Sementara itu, data upah diperkirakan hanya meningkat 0,3%, jauh di bawah kenaikan 0,8% pada bulan sebelumnya. Demikian pula dengan data pengeluaran, yang diprediksi stagnan atau hanya naik 0,1%. Angka-angka ini, jika sesuai ekspektasi, cenderung akan mempertahankan tekanan pada dolar AS.

Senada, Kepala Riset & Pengembangan Trijaya Pratama Futures, Alwi Assegaf, menambahkan bahwa pekan depan akan diwarnai oleh berbagai rilis data ekonomi krusial. Dari sisi domestik, perhatian akan tertuju pada neraca perdagangan dan cadangan devisa. Sementara itu, dari arena global, pasar akan mencermati pidato Jerome Powell, data Indeks Manajer Pembelian (ISM), dan laporan Non-Farm Payroll AS. Seluruh data ini, baik domestik maupun eksternal, dipandang sebagai faktor penggerak utama kurs rupiah pada pekan mendatang.

Menyikapi dinamika tersebut, Alwi Assegaf memproyeksikan rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 16.100 – Rp 16.330 per dolar AS di pekan depan. Adapun Lukman Leong memberikan proyeksi yang sedikit lebih lebar, yakni di kisaran Rp 16.050 – Rp 16.400 per dolar AS.

Ringkasan

Kurs rupiah menunjukkan penguatan signifikan, ditutup di Rp 16.209 per dolar AS, seiring pelemahan dolar AS. Penguatan ini didorong oleh sentimen ‘risk-on’ di pasar, seperti harapan perdamaian di Timur Tengah, dan tekanan terhadap dolar AS akibat pernyataan Donald Trump. Indeks dolar AS juga mencatat penurunan signifikan, menunjukkan pelemahan berkelanjutan mata uang tersebut.

Prospek penguatan rupiah diperkirakan berlanjut pekan depan, meskipun dolar AS berpotensi bangkit jika data ekonomi penting AS seperti PDB dan inflasi PCE lebih kuat dari perkiraan. Konsensus pasar memproyeksikan data-data tersebut akan mempertahankan tekanan pada dolar AS. Data ekonomi domestik dan global, seperti neraca perdagangan, cadangan devisa, pidato Powell, dan Non-Farm Payroll, akan menjadi penggerak utama kurs rupiah, dengan proyeksi rentang antara Rp 16.050 hingga Rp 16.400.

You might also like