
Empat tokoh yang berkontribusi nyata mengatasi dampak perubahan iklim melalui aksi nyata meraih Katadata Green Innovator Awards. CEO Katadata Metta Dharmasaputra mengatakan penghargaan ini adalah apresiasi bagi pahlawan lingkungan lintas sektor.
Penghargaan ini merupakan bagian dari rangkaian acara Katadata Sustainability Action for The Future Economy (SAFE) 2024 yang berlangsung pada 10 – 11 September 2025.
Metta mengatakan Katadata Green Innovator Awards tahun ini diberikan kepada founder startup, ilmuwan, pimpinan organisasi masyarakat sipil, dan tokoh inspiratif yang mendedikasikan hidupnya untuk persoalan lingkungan.
“Jadi ada tiga kategori award yang akan diberikan malam ini,” kata Metta di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Rabu (10/9) malam.
Acara kali ini merupakan tahun kedua penghargaan Katadata Green Innovator Awards digelar. Penghargaan ini mencakup 4 kategori bagi para inovator di bidang lingkungan, hingga energi berkelanjutan.
Berikut ini daftar penerima Katadata Green Innovator Awards:
The Game Changer (Startup)
Kategori The Game Changer adalah apresiasi bagi startup yang mampu menghadirkan inovasi disruptif, menciptakan solusi berkelanjutan, serta memberikan dampak signifikan bagi masyarakat dan industri.
Gusmantara Ekamukti Himawan merupakan tokoh yang terpilih dalam kategori ini. Ia merupakan Managing Director dari PT Xurya Daya Indonesia (XDI), sebuah perusahaan yang bergerak di bidang panel surya (solar panel) sejak 2018.
Hingga kini perusahaannya telah membantu ratusan pemilik gedung komersial dan industri untuk membantu mereka beralih menggunakan energi bertenaga surya. Ada 217 PLTS telah beroperasi, dengan 265,2 juta kWh energi hijau tersalurkan dan menghindari 237,1 juta kg CO2.
The Guardian Honor (Lifetime Achievement)
Penghargaan ini adalah tanda hormat bagi individu yang sepanjang hidupnya mendedikasikan diri untuk menghadirkan perubahan positif, menjadi teladan, dan meninggalkan warisan berharga.
Pakar forensik kebakaran di Institut Pertanian Bogor (IPB) Bambang Hero Saharjo adalah yang terpilih untuk kategori ini. Ia dikenal atas kegigihannya melalui riset untuk melacak jejak kebakaran hutan di Indonesia.
Pada tahun 2019, Bambang memenangkan penghargaan John Maddox Prize di London, Inggris, atas kontribusinya dalam menggunakan bukti ilmiah untuk mendukung penegakan hukum terhadap pembakaran atau pembersihan hutan secara ilegal di Indonesia.
Ia bahkan merupakan saksi ahli dalam kasus korupsi PT Timah tahun lalu. Bambang sempat mendapat intimidasi berupa tuduhan kesaksian palsu pada hasil analisisnya terkait kerugian kasus tersebut. Bambang bilang ia akan berupaya mengungkap lebih banyak kasus lagi.
“Banyak kasus besar lagi yang harus diungkap. Sekarang saya sedang mengerjakan yang lebih besar dari kasus timah. Jadi, mohon dukungannya, karena serangannya pun makin menggila,” kata dia.
The Knowledge Builder (Scientist/Academic)
Penghargaan ini diberikan kepada ilmuwan atau akademisi yang menghasilkan penelitian, pengetahuan, maupun inovasi yang memberikan kontribusi nyata bagi kesejahteraan masyarakat. Edvin Aldrian adalah yang terpilih untuk kategori ini.
Edvin kini menjabat sebagai Vice Chair Working Group I di Panel Antar Pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC). Ini menjadi yang kedua kalinya ia mewakili Asia Tenggara setelah sebelumnya menempati posisi ini selama 8 tahun.
Dia bekerja terutama pada masalah iklim global dan regional termasuk perubahan iklim dan secara aktif menjadi pembicara untuk ilmu Perubahan Iklim. Edvin Aldrian juga merupakan Guru Besar Meteorologi dan Klimatologi di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional.
Ia mengajar di Universitas Indonesia dan Institut Pertanian Bogor dan Universitas Udayana di Denpasar Bali.
Community Impact
Katadata memberikan apresiasi bagi individu yang melalui aksi nyata memberikan dampak langsung, signifikan, dan berkelanjutan terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Iola Abas adalah sosok yang dinilai tepat untuk kategori ini.
Ia adalah koordinator Nasional Pantau Gambut, organisasi non pemerintah yang berfokus pada riset serta advokasi dan kampanye untuk perlindungan dan keberlanjutan lahan gambut di Indonesia.
Iola memimpin upaya Pantau Gambut untuk menjadi organisasi kampanye dan advokasi berbasis riset yang fokus pada perlindungan dan keberlanjutan lahan gambut di Indonesia.
Sebelum menempati jabatan ini, Iola memiliki pengalaman selama 15 tahun baik di NGO nasional maupun multinasional, seperti WRI Indonesia, Action Aid Indonesia, Save the Children, dan Greenpeace Southeast Asia.
Ia bilang penghargaan ini bukan hanya untuknya, tapi untuk berbagai komunitas lainnya yang telah berkontribusi bersama Pantau Gambut.
“Ini bukti kerja-kerja bersama dengan masyarakat, dengan organisasi, dengan akademisi. Itu bisa melahirkan gagasan dan dampak yang lebih nyata, dan bisa dirasakan langsung,” kata Iola.